HAJI
Tentang pengertian haji ini dapat ditinjau melalui dua segi yaitu; dari
segi bahasa dan dari segi istilah:
Dari segi bahasa haji artinya menuju, dalam kaidah
nahu disebut dengan isim fail maka disebut haji/hajjah yaitu orang-orang
menuju. Dalam hal ini adalah orang-orang yang menuju Allah SWT. Maka semua yang
tidak perlu dan mengganggu harus dikesamping sebagaimana ketika akan sholat.
Sedangkan menurut istilah fiqih, haji artinya
menuju baitullah ditanah haram makkah untuk beribadah.
Dan menurut para ‘Alim 'Ulama
Haji berarti mengunjungi ka’bah untuk beribadah
kepada Allah dengan rukun-rukun tertentu serta beberapa kewajibannya dan
mengerjakannya pada waktu tertentu.
Bagai Jamaah yang akan berangkat menunaikan ibadah
haji, ada beberapa langkah yang harus dilakukan ketika beribadah haji maupun
orang-orang yang baru berniat akan berhaji.
1.
Meluruskan niat,
yaitu semata-mata hanya karena Allah. Dan kita
memang sedang menuju Allah.
sabda nabi ““Akan
datang masa, di mana kaum kaya dari umatku beribadah haji untuk bertamasya,
kaum menengah mereka beribadah haji untuk berniaga (kepentingan bisnis), kaum
faqir mereka beribadah haji untuk meminta-minta, dan kaum terpelajar mereka
berhaji untuk pamer dan riya” [HR. al-Daylamy dari Anas bin Malik]
2.
Memperbanyak rasa syukur.
syukur sendiri artinya mengakui segala nikmat dan
karunia yang kita terima semata-maka karena Allah.
Maka manfaatkan dan pergunakan sesuai dengan yang
dikehendaki Allah SWT dan jangan digunakan untuk bermaksiat kepada Allah SWT.
Biasanya jamaah haji kita sebelum berangkat,
malaksanakan syukuran dan sekaligus doa (walimatussafar). Sebagaimana dikatakan
dalam surah Adh-Dhuha ayat 11: Wa Amma Bini'mati
Rabbika Fahaddits;artinya: "Adapun dengan nikmat Rabb-mu, maka
ceritakanlah".
Maka
apabila engkau mendapat kenikmatan maka ceritakan, jangan ketika mendapat
kesusahan/kesulitan kita bercerita kemana-mana sedangkan ketika mendapat
kenikmatan kita diam-diam saja. Itulah salah satu bentuk syukur
3.
Memperbanyak taubat
Bahwa tidak semua manusia mendapat kesempatan untuk berhaji, betapa banyak ustadz, orang
kaya, hingga wafatnya belum sempat berhaji. Maka orang yang akan berangkat haji
dan yang sudah berangkat haji, jangan suka pamer/menganggap dirinya orang yang
ahli ibadah karena betapa banyak orang yang ahli ibadah hingga wafatnya ia
belum sempat berhaji.
Maka syukuri dan bertaubatlah bahwa betapa banyak
dosa yang kita punya tapi kita masih diberi kesempatan untuk melaksanakan
ibadah haji/umrah. Sedang mereka yang lebih alim dan lebih mampu, Allah belum
beri kesempatan mereka untuk berhaji dengan berbagai sebab. (tidak dapat quota,
belum dapat hidayah, atau quotanya kelamaan hingga mereka akhirnya wafat
sebelum sempat menunaikan ibadah haji dan lain sebagainya).
Jadi sesungguhnya haji itu bukan upaya kita,
tetapi panggilan Allah. Maka bagi yang belum berhaji jangan takut dan ragu
untuk memasang niat untuk berhaji. Karena Allah memanggil hambanya yang
terpilih dengan sekehendakNYA. Bukan tidak mungkin orang yang tidak mampu bila
Allah kehendaki ia bisa berangkat. Berapa banyak title haji ABIDIN (Atas BIaya
DINas), haji MANSUR (halaMAN di guSUR), haji KOSASIH (ongKOS dikaSIH) demikianlah
cara Allah bila berkehendak.
Dan bukan jaminan orang yang kaya, orang yang
sehat, orang yang kuat bisa berhaji, dan bukan jaminan pula orang yang alim
dapat menunaikan haji. bukan tidak mungkin orang yang miskin, lemah, kakek2,
orang yang diatas kursi roda, orang awam , mereka dapat berangkat menunaikan
haji.
Untuk itu jangan hilangkan niat untuk dapat
melaksanakan ibadah haji apapun kondisi kita, baik itu dalam keadaan lemahkah,
miskin, kaya, alim karena haji adalah panggilan Allah dan Allah hanya memanggil
hambanya yang terpilih.
Maka bagi yang telah menunaikan haji/umroh
perbanyaklah bersyukur akan nikmat Allah tersebut. Padahal kita bukan orang
yang paling sehat, ibadahnya sedikit, Lebih-lebih kita orang yang bodoh, tak
berdaya, belum kaya, belum terkenal, bukan konglomerat atau pejabat tapi sudah
mampu menunaikan haji/umroh maka perbanyaklah rasa syukur dan taubat.
Salah satu bentuk taubat kita sebelum menunaikan
ibadah haji adalah memohon maaf/ijin kepada orang-orang yang sering berhubungan
dengan kita dalam keseharian terutama kepada suami/istri, orang tua, saudara,
tetangga, kawan. Serta melaksanakan
sholat sunat taubat sebelum menunaikan ibadah haji/umrah.
4.
pelajari manasik dengan benar
Ketika kita telah memakai kain IHRAM, ada sikap
yang harus kita jaga, diantaranya :
·
tidak menunjukan siapa kita
(identitas)
karena yang datang berhaji/umrah adalah ABDULLAH
(hamba Allah).
Seorang suami/istri bisa berangkat bukan karena
mereka sepasang suami istri. Betapa banyak yang bisa berhaji/umrah hanya
suaminya saja atau istrinya saja.
Sekalipun sepasang suami istri berangkat
menunaikan haji maka tinggalkan identitas suami/istri dimana seorang suami
berhak memerintah istrinya atau seorang istri berhak meminta perlindungan dari
suaminya, padahal sebagai tamu Allah yang berhak memerintah atau memberi
perlindungan adalah Allah SWT. Begitupun orangtua dan anak. Demikianlah ketika
berihram itu seperti padang masyar kecil (dimana orang tua tidak memikirkan
anaknya, demikian sebaliknya, suami tidak memikirkan istrinya dan sebaliknya)
Jadi jangan tunjukan identitas kita ketika
berhaji/umrah, itulah sebabnya mengapa kain ihram berwarna putih. Karena disana
hilang segala identitas kaya miskin, rakyat pejabat, alim bodoh, asia eropa,
ONH biasa ONH plus dsb.
·
Jangan tunjukan bahwa kita orang yang
punya kekuatan/ kekuasaan.
Itulah kenapa kita dilarang mencabut pohon,
mengganggu binatang, menggunting kuku, marah, itu menunjukan bahwa kita orang
yg kuat/berkuasa
·
Jangan terpengaruhi oleh kehidupan
duniawi
Hal ini tercermin dari dilarangnya menggunakan
wangi-wangian, berhubungan suami istri ketika telah memakai kain ihram
الْحَجُّ
أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ ۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا
فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ
اللَّهُ ۗ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا
أُولِي الْأَلْبَابِ
(Musim)
haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya
dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik
dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu
kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan
sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai
orang-orang yang berakal. (QS Albaqoroh 197)
·
KETIKA DI AROFAH
Jangan terpengaruh oleh kehidupan dunia, spt ingat
keluarga, tanah air, poto-poto dlsb yang melalaikan kita dalam mengingat Allah.
Karena di arafah adalah tempat yang mustajab dan jangan sia-siakan kesempatan
ketika diarofah untuk senantiasa zikir kepada Allah (berdoa, sholat, tilawah)
·
KETIKA DIMINA
Sama seperti di Arofah, ketika 3 hari di MINA
setelah melontar jumrah, perbanyak ibadah (zikir, tilawah, berdoa, taubat dlsb)
lupakan keduniawian.
Kesimpulan :
o Haji/umrah sama seperti kematian Keduanya panggilan Allah,.
o Berbuatlah selayaknya tamu yang baik.