Kamis, 13 Mei 2021

KISAH KELUARGA RASULULLAH SAW DI HARI RAYA 'IDUL FITRI

 KISAH KELUARGA RASULULLAH SAW DI HARI RAYA 'IDUL FITRI



MATA RASULULLAH SAW PUN BERLINANG.⁣


⁣Pada saat malam Takbiran, Sayyidina Ali ibn Abi Thalib terlihat sibuk membagi-bagikan gandum dan Kurma. Beliau bersama istrinya, Sayyidah Fathimah az-Zahra, Sayyidina Ali menyiapkan tiga karung gandum dan dua karung Kurma. Terihat, Sayyidina Ali memanggul gandum, sementara istrinya Sayyidah Fatimah menuntun Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein. Mereka sekeluarga mendatangi kaum fakir miskin untuk disantuni.⁣


Esok harinya tiba Shalat ‘Idul Fitri. Mereka sekeluarga khusyuk mengikuti Shalat jama’ah dan mendengarkan khutbah. Selepas khutbah ‘Id selesai, keluarga Rasulullah Saw itu pulang ke rumah dengan wajah berseri-seri.⁣

⁣ .

Sahabat beliau, Ibnu Rafi’i bermaksud untuk mengucapkan selamat ‘Idul Fitri kepada keluarga putri Rasulullah Saw. Sampai di depan pintu rumah, alangkah tercengang Ibnu Rafi’i melihat apa yang dimakan oleh keluarga Rasulullah itu.⁣


Sayyidina Ali, Sayyidah Fatimah, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein yang masih balita, dalam ‘Idul Fitri makanannya adalah gandum tanpa mentega, gandum basi yang baunya tercium oleh sahabat Nabi itu.⁣


Seketika itu Ibnu Rafi’i berucap Istighfar, sambil mengusap-usap dadanya seolah ada yang nyeri di sana. Mata Ibnu Rafi’i berlinang butiran bening, perlahan butiran itu menetes di pipinya.⁣

⁣ Kecamuk dalam dada Ibnu Rafi’i sangat kuat, setengah lari ia pun bergegas menghadap Rasulullah Saw. ⁣


Sesampainya tiba di depan Rasulullah, “Ya Rasulullah, ya Rasulullah, ya Rasulullah, putri baginda dan cucu baginda,” ujar Ibnu Rafi’i. “Ada apa wahai sahabatku?” tanya Rasulullah.⁣


“Tengoklah ke rumah putri baginda, ya Rasulullah. Tengoklah cucu baginda Hasan dan Husein.”⁣

“Kenapa keluargaku?”⁣

“Tengoklah sendiri oleh baginda, saya tidak kuasa mengatakan semuanya.”⁣


Rasulullah Saw pun bergegas menuju rumah Sayyidah Fatimah. Tiba di teras rumah, tawa bahagia mengisi percakapan antara Sayyidina Ali, Sayyidah Fatimah dan kedua putranya.⁣

⁣ Mata Rasulullah pun berlinang. Beliau menangis melihat keluarga putri tercinta dan dua cucunya yang hanya makan gandum basi dihari Raya Idul Fitri...


Di saat semua orang berbahagia, di saat semua orang makan yang enak-enak. Keluarga Rasulullah Saw penuh tawa bahagia dengan hanya makan gandum yang baunya tercium tak sedap.


“Ya Allah, Allahumma Isyhad...Ya Allah, Allahumma Isyhad... (Ya Allah saksikanlah, saksikanlah) Di hari ‘Idul Fitri keluargaku makanannya adalah gandum yang basi. Mereka membela kaum papa, ya Allah. Mereka mencintai kaum fuqara dan masakin. 


Mereka relakan lidah dan perutnya mengecap makanan basi, asalkan kaum fakir-miskin bisa memakan makanan yang lezat. Allahumma Isyhad, saksikanlah ya Allah, saksikanlah,” bibir Rasulullah berbisik lembut..


Sayyidah Fathimah tersadar kalau di luar pintu rumah, sang ayah sedang berdiri tegak. “Duhai ayahnda, ada apa gerangan ayah menangis?”

Rasulullah tak tahan mendengar pertanyaan itu. 


Setengah berlari ia memeluk putri kesayangannya sambil berujar,

“Surga untukmu, Nak...Surga untukmu.” 


Demikianlah, menurut Ibnu Rafi’i, keluarga Rasulullah Saw pada hari ‘Idul Fitri menyantap makanan yang basi dan bau.


Ibnu Rafi’i berkata, “Aku diperintahkan oleh Rasulullah Saw agar tidak menceritakan tradisi keluarganya setiap ‘Idul Fitri dan aku pun simpan kisah itu dalam hatiku.


Namun, selepas Rasulullah Saw wafat, aku takut dituduh menyembunyikan Hadits, maka aku ceritakan hal ini agar menjadi pelajaran bagi segenap kaum Muslimin.”


(Musnad Imam Ahmad, jilid 2, hlm. 232).


Mudah mudahan setelah membaca kisah ini, kerinduan dan kecintaan kita KPD Rasulullah Saw dan Keluarganya bertambah sehingga kelak kita dikumpulkan bersama beliau

Aamiin Yaarabbal 'Alamiin


اللّٰهمّ صلّى عل سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد ❤️

🥀

Minggu, 02 Mei 2021

Semua Agama Benar, menuju Tuhan yang sama, hanya jalannya yang berbeda-beda


Konten Islam 



CACAT LOGIKA

Pernyataan:
"Semua Agama Benar, menuju Tuhan yang sama, hanya jalannya yang berbeda-beda".

Merupakan sesat pikir dan bias logika prematur karena;

1.Membenarkan semua agama sama dengan meyakini bahwa orang buta dan orang melihat sama saja, orang tuli dan orang mendengar sama saja, orang baik dan buruk sama saja. Belum dapat poinnya? lanjut...

Agama yang mengajarkan menyembah sapi dan berhala (Makhluk) dianggap sama saja dengan agama yang mengajarkan menyembah pada Tuhan yang esa(Pencipta Makhluk), agama yang mengajarkan banyak tuhan dianggap sama saja dengan agama yang mengajarkan ibadah kepada Satu Tuhan.
Satu, tidak sama dengan Tiga, jika sama maka ijazahmu dapat nemu dari kubangan sampah kaum liberal.

2. Tuhan tidak menurunkan 5 Agama yang berbeda lalu mengatakan bahwa Agama yang turun terakhir inilah yang benar.

Seorang ayah tidak mengatakan kepada 5 orang anaknya;
Nak kamu jadi Yahudi, kepada anak ke 2 dikatakan kamu jadi Majusi, kepada anak ke 3 dikatakan kamu jadi Nashrani, kepada anak ke 4 dikatakan kamu jadi hindu dan kepada anak ke 5 dikatakan kamu jadi Islam, lalu kemudian si Ayah menegaskan pada anak yang ke 5; Tapi hanya kamu nak yang akan ayah akui sebagai anak dan akan masuk surga,.

Apakah logika kita bisa menerima ketidak adilan dan kekonyolan perilaku si ayah yang demikian terhadap anak²nya?

هُوَ سَمّٰىكُمُ الْمُسْلِمِيْنَ ەۙ مِنْ قَبْلُ وَفِيْ هٰذَا

"Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-orang muslim sejak dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur'an) ini." [QS 22:77]

3. Pernyataan semua agama benar sama sekali tidak diamini dan divalidasi oleh masing-masing pemeluk agama, setiap pemeluk agama hanya mengamini dan memvalidasi bahwa agamanya saja yang benar, maka dengan pakem itu mereka membangun misi menyebarkan agamanya dan mengenalkan konsep Iman dan Kufur.

4. Membenarkan semua agama adalah sikap sok Tahu bahwa semua agama mengajarkan teologi(Aqidah) yang sama.

Sama seperti seorang Guru yang mengajarkan 1 + 1 = 2 
tetapi juga membenarkan 1 + 3 = 2 
dan 2 + 2 = 2.
Semua mendapat Check List Benar dari si Guru.
Guru Celaka tentu Saja..

5. Merusak Rumus dan Formula

Menyatakan semua agama benar sama saja meyakini Gula, Garam, Merica dan Soda Kue semua rasanya Manis.

Ibu Anda yang sedang memasak Bubur Kacang hijau memintamu ambilkan Gula di Toples, lalu kamu bawakan Merica atau Soda Kue, kemudian kamu katakan rasanya sama saja mak..

Mungkin Ibumu segera memeriksakan kesehatan jiwamu atau Sutilnya segera melayang mendarat tak mulus di pahamu.


(By Aly Raihan El-Mishry)

Kunjungi website