Kamis, 03 Agustus 2017

DAHSYATNYA TITIAN SHIRAT (Jembatan diatas neraka)




DAHSYATNYA TITIAN SHIRAT (Jembatan diatas neraka)

Jembatan shirâthal mustaqim merupakan jembatan di atas neraka jahannam yang menghubungkan dengan pintu surga, namun sebelum menuju pintu surga. Semua manusia harus bisa melalui jembatan yang digambarkan sebagai jembatan yang sangat tipis.

Bahwa seluruh manusia pasti akan melewati jembatan shirâth sebagai bentuk pertanggungan jawab akan segala amalnya di dunia.
“Dan tidak ada seseorang pun diantara kamu, melainkan akan mendatanginya. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kepastian yang telah ditentukan bagi semua orang, tidak terkecuali. (Orang baik di kala di dunia ataupun dia orang jahat, dia pasti  mendatangi neraka.) Kemudian itu akan kami selamatkan orang-orang yang bertakwa dan akan kami biarkan orang-orang yang zalim di dalamnya dalam keadaan berlutut.” (QS Maryam 71-72)

Tentang kengerian melewati shirâth Imam al-Qurthubi rahimahullah mengambarkan dalam kitabnya at-Tadzkirah. Beliau berkata, “Sekarang cobalah renungkan tentang kelak yang akan Anda alami. Rasa takut yang memenuhi hatimu ketika awal pertama Anda menyaksikan shirâth yang begitu tipis untuk dilalui manusia. Engkau memandang dengan matamu kedalaman api neraka Jahanam yang berada di bawahnya. Engkau juga mendengar gemuruh dan gejolaknya. Sementara engkau harus melewati shirath itu sekalipun tubuhmu dalam kondisi lemah, hatimu gundah, kakimu bergetar karena takut tergelincir. Saat yang sama punggungmu terasa berat karena memikul dosa. Hal yang  tidak mungkin kamu bisa melakukannya seandainya engkau berjalan di punggung bumi, apa lagi untuk di atas shirâth yang begitu lembut dan tajam. Bagaimana kiranya saat kamu meletakkan salah satu kakimu di atasnya, lalu engkau merasakan ketajamannya! Sehingga mengharuskanmu segera mengangkat tumitmu yang lain! Engkau menyaksikan banyaknya orang-orang yang berada di hadapanmu tergelincir kemudian berjatuhan! Mereka lalu ditarik oleh para malaikat penjaga neraka dengan besi pengait. Engkau melihat bagaimana mereka dalam keadaan terjungkal ke dalam neraka dengan posisi kepala di bawah dan kaki di atas. Wahai betapa mengerikannya pemandangan tersebut. Perjalanan yang begitu sulit, di jalan yang begitu sempit.”


Rasulullah dan umatnya yang pertama masuk surga.

Siapakah yang pertama menghuni/memasuki surga ?
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Aku mendatangi pintu surga pada hari kiamat. Lalu aku minta dibukakan. Maka penjaga pintu Surga berkata, ‘Siapakah engkau?’ Lalu aku jawab,’Aku Muhammad’. Lantas malaikat tersebut berkata,’Aku diperintahkan dengan sebab engkau. Aku tidak membukanya untuk seorangpun sebelum engkau’.” (HR Muslim).

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,”Umat ini (umat Islam) adalah umat yang lebih dahulu keluar dari tanah, lebih dahulu masuk dalam naungan al Arsy, dan lebih dahulu dalam perhitungan dan hisab. Mereka juga lebih dahulu melewati jembatan shirath, dan paling awal masuk surga. Surga dilarang untuk para nabi, hingga Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam memasukinya. Dan (surga) dilarang untuk semua umat, sehingga umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam memasukinya.”

Bentuk Jembatan shirâth

-         Lebih tipis dari sehelai rambut
-         Setajam mata pedang
-         Licin menggelincirkan
-         Terdapat besi-besi runcing  yang siap mencabik-cabik
-         Gelap

Ibnu Mas’ud berkata ,” Jembatan shirath merupakan jalan yang lurus sepanjang neraka. Bentuknya seperti pedang yang panjang, dapat mematahkan , dan licin. Di atas jembatan shirath ini terdapat besi-besi yang berasal dari neraka. Besi-besi ini mencakar dan mencengkram siapa saja yang dikendaki. Diantara orang-orang yang menyeberangi shirath, terdapat orang yang berlari secepat kilat hingga akhirnya dia dapat selamat. Ada yang berlari seperti angin hingga dia selamat sampai di seberang. Ada yang berlari secepat kuda. Ada pula yang berlari biasa dan berjalan.” (diriwayatkan oleh Thabrani dan Bahihaqi dengan sanad yang shahih)

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Kemudian jembatan shirath dibentangkan di atas neraka dan aku  adalah Rasul pertama yang menyeberanginya dan dilanjutkan dengan umatku. Pada saat itu tidak seorangpun yang berbicara. Hanya para Rasul yang berbicara. Mereka mengucapkan,” Ya Allah, selamatkan! Selamatkan!” Di dalam neraka terdapat beberapa besi runcing (tempat menggantungkan daging) seperti duri As-Sa’dan. Apakah kalian tahu apa y ang dimaksud dengan duri As- Sa’dan? Mereka menjawab,” Ya kami tahu’ Rasulullah SAW bersabda, “Besi-besi runcing itu seperti duri AS-Sa’dan. Namun hanya Allah yang tahu sebesar apa besi-besi runcing itu. Besi-besi itu akan menyambar manusia karena amal perbuatannya yang pernah dilakukan di dunia …”(HR Bukhari dan Muslim)

Cara melewati titian shirâth bagi orang mukmin dan munafik

Orang mukmin,
Orang mukmin ketika melawati shirâth yang gelap mereka mendapati cahaya dari depan dan kanan mereka.

(yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka): "Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar". (QS al hadid 12)

Siapakah orang mukmin itu ?
adalah orang yang takwa kepada Allah SWT dengan sebenar-sebenarnya takwa. Dalam arti senantiasa menjalankan segala perintah-Nya, menjauhi semua larangan-Nya, dan berjihad dengan harta jiwa mereka pada jalan Allah SWT.
-         orang Mukmin bergetar hatinya apabila disebut nama Allah SWT. (QS. 8/Al-Anfal: 2).
-         "Orang-orang yang beriman, pria dan wanita, sebagian mereka menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang ma’ruj, dan mencegah dari yang munkar, mendirikan sholat, membayar zakat, serta taat kepada Allah dan Rosul-Nya." (QS. 9/At-Taubah: 71).
-         orang mukmin khusyu’ dalam sholat, dan senantiasa melakukan keta’atan. (QS. 23/Al- Mukminuun: 1-3).
-         apabila diperingatkan dengan ayat-ayat Allah, orang mukmin segera bersujud dan bertasbih serta tidak sombong.( As-Sajdah: 15)

Darimana cahaya itu didapat ?
 “Berikanlah kabar gembira kepada orang2 yang berjalan menuju mesjid pada malam gelap gulita, bahwa bagi mereka cahaya yang sempurna pada hari kiamat kelak.” (Sunan Abu Dawud 1/209 no.561)

“Ya Allah jadikanlah cahaya dalam hatiku, dalam penglihatanku, dalam pendengaranku, di sebelah kananku, di sebelah kiriku, di sebelah atasku, di sebelah bawahku, di depanku, di belakangku dan jadikanlah aku bercahaya.” (HR. Bukhari 5841) – doa kemasjid -


Orang Munafik
Orang Munafik  ketika melewati shirâth yang gelap, mereka tidak memiliki penerangan

Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman: "Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu". Dikatakan (kepada mereka): "Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)". Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa. (QS al Hadid 13)


Siapakah orang munafik itu ?
-         Orang yang malas sholat subuh dan isya berjamaah
Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang munafik selain dari shalat Shubuh dan shalat ‘Isya’. Seandainya mereka tahu keutamaan yang ada pada kedua shalat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walau sambil merangkak.” (HR. Bukhari no. 657).

-         Orang yang mengakhirkan sholat
Ini adalah shalat orang munafik. Ia duduk hingga matahari berada antara dua tanduk setan. Lalu ia mengerjakan shalat ‘Ashar empat raka’at. Ia hanyalah mengingat Allah dalam waktu yang sedikit.” (HR. Muslim no. 622).

-         Orang yang meninggalkan sholat berjamaah
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Aku telah melihat bahwa orang yang meninggalkan shalat jama’ah hanyalah orang munafik, di mana ia adalah munafik tulen. Karena bahayanya meninggalkan shalat jama’ah sedemikian adanya, ada seseorang sampai didatangkan dengan berpegangan pada dua orang sampai ia bisa masuk dalam shaf.” (HR. Muslim no. 654).

-         Dekat dengan masjid tapi tidak ke masjid
Ibrahim An Nakha’i rahimahullah mengatakan,
“Cukup disebut seseorang memiliki tanda munafik jika ia adalah tetangga masjid namun tak pernah terlihat di masjid” (Fathul Bari karya Ibnu Rajab 5: 458 dan Ma’alimus Sunan 1: 160. Lihat Minhatul ‘Allam, 3: 365).

Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, “Mereka melewati shirath sesuai dengan tingkat amalan mereka. Di antara mereka ada yang diberi cahaya seperti gunung, ada yang diberi cahaya yang sebesar pohon, ada cahayanya setinggi orang berdiri, dan yang paling sedikit cahayanya sebatas menerangi jari kakinya, sesekali menyala sesekali padam.”

Adapun orang-orang munafik, mereka mendapatkan lampu akan tetapi kemudian mati. Ini sebagai balasan setimpal karena di dunia mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman. Padahal hakikatnya, mereka menipu diri mereka sendiri.


Cara manusia melewati shirâth

Ada yang melintasi shirath secepat kilat, ada yang secepat kedipan mata, ada yang seperti angin, ada yang seperti menaiki kendaraan, ada yang berlari, ada yang berjalan, ada yang merangkak, ada yang bergelantungan dan adapula yang tergelincir ke neraka. Maka hendaklah seseorang melihat bagaimana ia berjalan di atas syariat ketika di dunia, karena bagaimana ia meniti shirath tergantung bagaimana ia meniti kebenaran saat di dunia. Selangkah dibalas dengan selangkah, sebagai balasan yang setimpal. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
“Tiadalah kamu dibalasi, melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu kerjakan.” (QS an-Naml 90)

Agar mudah meniti Shirath
Tingkat kemudahan dan kecepatan seseorang dalam meniti shirath dipengaruhi oleh amal setiap manusia ketika didunia dimana jalan menuju Allah hanya ada tiga macam, “baadiruu… saari’uu... dan saabiquu!”, bersegeralah! bercepat-cepatlah! berlombalah! Dan yani ‘falyatanaafisuu!’, salin berkejar-kejaran.

-         Apabila adzan telah berkumandang maka bersegeralah
Diriwayatkan oleh Al-Turmudzi dari hadits Anas bin Malik bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang mendirikan shalat selama empat puluh hari karena Allah SWT dan dia mendapatkan takbir yang pertama, maka akan ditulis baginya kebebasan, kebebasan dari neraka dan kebebasan dari nifaq”

-         Berbuat baik : fastabiqul khairaat  Berlomba-lombalah dalam kebaikan” (QS. Al Baqarah: 148).

-         Taubat :“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (Qs Ali Imran: 133)

-         Orang yang amanah dan menjaga silaturahmi
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: “Lalu diutuslah amanah dan rohim (tali persaudaraan) keduanya berdiri di samping kair-kanan shiraath tersebut. Orang yang pertama lewat seperti kilat”. Aku bertanya: “Dengan bapak dan ibuku (aku korbankan) demi engkau. Adakah sesuatu seperti kilat?” Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Tidakkah kalian pernah melihat kilat bagaimana ia lewat dalam sekejap mata?

-         Melakukan qobliyah dan ba’diyah dzhuhur
Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam sunannya dari Ummu Habibah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang selalu mengerjakan empat rakaat sebelum zuhur dan empat rakaat sesudahnya maka Allah akan mengharamkan dirinya atas api neraka”


Siapakah yang selamat dari jembatan shirâth

QS Maryam 72, Allah akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dari melewati jembatan shirâth, kemudian orang mukmin (beriman) sedangkan orang muslim yaitu orang-orang yang berbuat maksiat (ada perintah puasa dia tidak berpuasa ada perintah sholat dia tidak sholat, punya kemampuan berhaji tapi tidak berhaji dan maksiat lainnya) tidak akan selamat melawati jembatah shirâth mereka akan mampir di neraka sampai Rasululloh memberikan syafaatnya.
Dan Demi Dzat yang jiwa Abu Hurairah ada di tangan-Nya, sesungguhnya dasarnya neraka itu dapat dicapai dengan perjalanan tujuh puluh tahun lamanya”.


Masuk surga dengan mudah

Amalkan doa ini bada maghrib : “Allahumma hasibnii hisaban yasiro”\

Dari Aisyah, ia berkata, saya telah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada sebagian shalatnya membaca, “Allahumma haasibnii hisaaban yasiiroo (Ya Allah hisablah aku dengan hisab yang mudah).”

Ketika beliau berpaling saya bekata, “Wahai Nabi Allah, apa yang dimaksud dengan hisab yang mudah?” Beliau bersabda, “Seseorang yang Allah melihat kitabnya lalu memaafkannya. Karena orang yang diperdebatkan hisabnya pada hari itu, pasti celaka wahai Aisyah. Dan setiap musibah yang menimpa orang beriman Allah akan menghapus (dosanya) karenanya, bahkan sampai duri yang menusuknya.”

Sholat di awal waktu

Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Qatadah bin Rib’iy mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: ” ‘Sesungguhnya Aku mewajibkan umatmu shalat lima waktu, dan Aku berjanji bahwa barangsiapa yang menjaga waktu-waktunya pasti Aku akan memasukkannya ke dalam surga, dan barangsiapa yang tidak menjaganya maka dia tidak mendapatkan apa yang aku janjikan”.

Tausiah dzuhur, 
Ust. Hasyim Adnan ,LC

Tidak ada komentar: