Kamis, 06 Agustus 2015

SYUKUR



Pada suatu hari seorang sahabat seperti bulan-bulan sebelumnya ia belanja bulanan bersama istri dan anaknya suatu supermarket besar di Jakarta. Usai belanja, Sahabat ini mendorong trolinya yang sudah penuh oleh barang-barang lalu dimasukan ke bagasi mobilnya, sedang istri dan anaknya hanya melihat dan tidak membantunya.
Lalu datang seorang ibu pengemis bersama anaknya mendatangi istri sahabat ini.. “bu sedekah.. bu sedekahnya” katanya.
Istri sahabat ini lantas membuka dompetnya dan mencari-cari uang recehan untuk diberikan kepada ibu pengemis ini. Tanpa ekpresi maka uang seribu rupiah berpindah tangan kepada pengemis bersama anaknya. Dan pengemis ini berucap “Alhamdulillah terima kasih..”
Tapi anehnya pengemis ini tidak juga pergi, seakan-akan ada sesuatu yang ingin disampaikan. Mungkin ia malu untuk mengucapkan.. ibu itu hanya memberikan isyarat dengan tangan yang dikuncupkan yang berulang kali diayunkan kemulutnya sedang tangan yang satunya diusap-usapkannya ke kepala anaknya. Mungkin masudnya..” ibu.. terima kasih sedekahnya tapi anak kami amat lapar sedang uang yang dikasih belum cukup untuk membeli makanan.”
Melihat hal itu istri sahabat ini menoleh kearah pengemis tersebut, lalu memberi isyarat tangannya dan mulutnya berkata,“hush… hush” dengan maksud menyuruh pergi ibu pengemis bersama anaknya tersebut. Maka pengemis ini pun pergi.
Selesai memasukan semua belanjaan kemobil, sahabat ini kemudian masuk kedalam mobil, belum juga mobil di starter. Istri sahabat ini berkata kepada anaknya, “nak. Kita beli gorengan dulu yuk..” lalu tanpa ijin tanpa pamit kepada sahabat ini, berlalulah istri dan anak sahabat ini untuk membeli gorengan.
Dalam hati sang sahabat ia mengucap “Astaghfirullah haladzim, barusan ia tahu ada orang kelaparan butuh makan tapi ia tidak tambahkan sedekahnya, ee ini malah beli gorengan yang cuma makanan iseng buat dia”
Karena menunggu lama, lalu sahabat ini melihat ATM center maka terbesit di hatinya untuk mengecek kartu ATMnya mungkin saja gajinya bulan ini sudah di transfer oleh HR ke rekeningnya.
Lalu dimasukan kartu dan dicek saldo direkeningnya.. maka uang belasan juta rupiah sudah ada di rekeningnya, sahabat ini hanya mengangguk2an kepala tanda senang. Tanpa ada sedikitpun rasa syukur atau ucapan hamdallah keluar dari mulutnya.
Lalu ditariklah beberapa lembar uang ratusan ribu rupiah dari ATM dan berpindahlah uang tersebut ke dompetnya, sahabat ini lalu teringat akan ibu pengemis tadi. Maka dompet yang tadi telah di masukan kecelana lalu di keluarkan kembali dan dicarilah uang merah dari lembaran yang telah diambil dari ATM tadi… tapi rupanya yang diambil hanya selembar uang merah 10.000.
Begitu keluar dari ATM dia melihat ke sekeliling kali saja ibu pengemis tadi masih ada, dan rupanya ibu tersebut masih ada. Dan dipanggilnya ibu tersebut.. “ibu.. sini sini”  lalu ibu dan anaknya tersebut datang menghampiri. “ibu ini saya tambahin mudah2 cukup untuk beli makan” lalu uang pun berpindah tangan. Setelah uang berpindah sahabat ini begitu terkesima oleh apa yang dilakukan pengemis tsb.
Pertama2 yang keluar dari mulut ibu ini  adalah “Alhamdulillahirobbil alamin.. Alhamdulillah.. Alhamdulillah..” berkali2 dia puji Allah dihadapan sang sahabat ini. Lalu ibu ini mengangkat kedua tangannya mendoakan dia, istri dan anaknya “Allahumma ya Allah, berkahi tuan ini dan keluarganya rizki yang banyak yang halal yang berkah, berlimpah2 serta mudah mencarinya, jauhkan mereka dari segala penyakit, musibah dan bencana, bahagiakan mereka lahir dan bathin dan jadikan mereka penduduk ahli surga dan tempatkan mereka di surgaMU yang paling indah”. Lalu ibu ini mengucapkan terima kasih dan berpamitan.
Saking senangnya, ibu ini berlari bersama anaknya kesebuah warteg diseberang jalan. Dalam hati sahabat ini “mereka memang bukan pembohong, bukan penipu”
Malam hari nya sahabat ini memikirkan apa yang terjadi siang hari ini tadi, sahabat ini mendapat pelajaran tentang rasa SYUKUR akan nikmat yang Allah berikan, masih terngiang ditelinganya pengemis tadi mengucap hamdallah berkali2, masih terngiang akan doa yang panjang di ucapkan ibu tadi padahal ia hanya mendapat 10.000 sedangkan uang gaji yang di tranfer HR untuknya belasan juta tapi tidak sepatah pun ucapan syukur yang keluar dari mulut sahabat ini, karena ia merasa itu adalah hal biasa, hal yang sewajarnya didapat.
Maka siapakah yang lebih pantas rasanya masuk surga ? diakah yang menerima sedikit tapi bisa bersyukur, atau kita yang menerima ribuan kali lipat tapi ucapan hamdallah pun tidak..

Sahabat..
Boleh jadi apa-apa yang kita bagi untuk Saudara-saudara kita pada hakekatnya  bukan untuk memberikan pertolongan bagi mereka tapi sesungguhnya rejeki yang kita bagikan ia menjadi jalan bagi kita untuk mendatangkan pertolongan Allah.


Al Baqarah:268 ﴿
Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.


Ath Thalaaq:7 ﴿
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.
Asy Syarh:6 ﴿
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Fiqih
syukur : “membenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan dilakukan dengan perbuatan”
Lisan               : ucapkan hamdallah
Perbuatan      : tunaikan kewajiban zakatnya dan infak (nafkah) kepada anak istri dan orang yang menjadi tanggungan kita, lalu tunaikan sunahnya (sedekah)

Wallahu ‘alam bissawab

Tidak ada komentar: