Pada suatu hari seorang sahabat seperti
bulan-bulan sebelumnya ia belanja bulanan bersama istri dan anaknya suatu
supermarket besar di Jakarta. Usai belanja, Sahabat ini mendorong trolinya yang
sudah penuh oleh barang-barang lalu dimasukan ke bagasi mobilnya, sedang istri
dan anaknya hanya melihat dan tidak membantunya.
Lalu datang seorang ibu pengemis bersama
anaknya mendatangi istri sahabat ini.. “bu sedekah.. bu sedekahnya” katanya.
Istri sahabat ini lantas membuka
dompetnya dan mencari-cari uang recehan untuk diberikan kepada ibu pengemis
ini. Tanpa ekpresi maka uang seribu rupiah berpindah tangan kepada pengemis
bersama anaknya. Dan pengemis ini berucap “Alhamdulillah terima kasih..”
Tapi anehnya pengemis ini tidak juga
pergi, seakan-akan ada sesuatu yang ingin disampaikan. Mungkin ia malu untuk
mengucapkan.. ibu itu hanya memberikan isyarat dengan tangan yang dikuncupkan
yang berulang kali diayunkan kemulutnya sedang tangan yang satunya
diusap-usapkannya ke kepala anaknya. Mungkin masudnya..” ibu.. terima kasih
sedekahnya tapi anak kami amat lapar sedang uang yang dikasih belum cukup untuk
membeli makanan.”
Melihat hal itu istri sahabat ini menoleh
kearah pengemis tersebut, lalu memberi isyarat tangannya dan mulutnya
berkata,“hush… hush” dengan maksud menyuruh pergi ibu pengemis bersama anaknya
tersebut. Maka pengemis ini pun pergi.
Selesai memasukan semua belanjaan
kemobil, sahabat ini kemudian masuk kedalam mobil, belum juga mobil di starter.
Istri sahabat ini berkata kepada anaknya, “nak. Kita beli gorengan dulu yuk..”
lalu tanpa ijin tanpa pamit kepada sahabat ini, berlalulah istri dan anak
sahabat ini untuk membeli gorengan.
Dalam hati sang sahabat ia mengucap
“Astaghfirullah haladzim, barusan ia tahu ada orang kelaparan butuh makan tapi
ia tidak tambahkan sedekahnya, ee ini malah beli gorengan yang cuma makanan
iseng buat dia”
Karena menunggu lama, lalu sahabat ini
melihat ATM center maka terbesit di hatinya untuk mengecek kartu ATMnya mungkin
saja gajinya bulan ini sudah di transfer oleh HR ke rekeningnya.
Lalu dimasukan kartu dan dicek saldo
direkeningnya.. maka uang belasan juta rupiah sudah ada di rekeningnya, sahabat
ini hanya mengangguk2an kepala tanda senang. Tanpa ada sedikitpun rasa syukur
atau ucapan hamdallah keluar dari mulutnya.
Lalu ditariklah beberapa lembar uang
ratusan ribu rupiah dari ATM dan berpindahlah uang tersebut ke dompetnya,
sahabat ini lalu teringat akan ibu pengemis tadi. Maka dompet yang tadi telah
di masukan kecelana lalu di keluarkan kembali dan dicarilah uang merah dari
lembaran yang telah diambil dari ATM tadi… tapi rupanya yang diambil hanya
selembar uang merah 10.000.
Begitu keluar dari ATM dia melihat ke
sekeliling kali saja ibu pengemis tadi masih ada, dan rupanya ibu tersebut
masih ada. Dan dipanggilnya ibu tersebut.. “ibu.. sini sini” lalu ibu dan
anaknya tersebut datang menghampiri. “ibu ini saya tambahin mudah2 cukup untuk
beli makan” lalu uang pun berpindah tangan. Setelah uang berpindah sahabat ini
begitu terkesima oleh apa yang dilakukan pengemis tsb.
Pertama2 yang keluar dari mulut ibu ini
adalah “Alhamdulillahirobbil alamin.. Alhamdulillah.. Alhamdulillah..”
berkali2 dia puji Allah dihadapan sang sahabat ini. Lalu ibu ini mengangkat
kedua tangannya mendoakan dia, istri dan anaknya “Allahumma ya Allah, berkahi
tuan ini dan keluarganya rizki yang banyak yang halal yang berkah, berlimpah2
serta mudah mencarinya, jauhkan mereka dari segala penyakit, musibah dan
bencana, bahagiakan mereka lahir dan bathin dan jadikan mereka penduduk ahli
surga dan tempatkan mereka di surgaMU yang paling indah”. Lalu ibu ini
mengucapkan terima kasih dan berpamitan.
Saking senangnya, ibu ini berlari bersama
anaknya kesebuah warteg diseberang jalan. Dalam hati sahabat ini “mereka memang
bukan pembohong, bukan penipu”
Malam hari nya sahabat ini memikirkan apa
yang terjadi siang hari ini tadi, sahabat ini mendapat pelajaran tentang rasa
SYUKUR akan nikmat yang Allah berikan, masih terngiang ditelinganya pengemis
tadi mengucap hamdallah berkali2, masih terngiang akan doa yang panjang di
ucapkan ibu tadi padahal ia hanya mendapat 10.000 sedangkan uang gaji yang di
tranfer HR untuknya belasan juta tapi tidak sepatah pun ucapan syukur yang
keluar dari mulut sahabat ini, karena ia merasa itu adalah hal biasa, hal yang
sewajarnya didapat.
Maka siapakah yang lebih pantas rasanya
masuk surga ? diakah yang menerima sedikit tapi bisa bersyukur, atau kita yang
menerima ribuan kali lipat tapi ucapan hamdallah pun tidak..
Sahabat..
Boleh jadi apa-apa yang kita bagi untuk
Saudara-saudara kita pada hakekatnya bukan untuk memberikan pertolongan
bagi mereka tapi sesungguhnya rejeki yang kita bagikan ia menjadi jalan bagi
kita untuk mendatangkan pertolongan Allah.
|
||
﴾ Ath
Thalaaq:7 ﴿
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.
﴾ Asy Syarh:6 ﴿
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Fiqih
syukur : “membenarkan dalam hati, diucapkan dengan
lisan, dan dilakukan dengan perbuatan”
Lisan
: ucapkan hamdallah
Perbuatan :
tunaikan kewajiban zakatnya dan infak (nafkah) kepada anak istri dan orang yang
menjadi tanggungan kita, lalu tunaikan sunahnya (sedekah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar